Sunday, April 24, 2011

Konsep-konsep Desain Permukiman 2

B. Morfologi Kota

Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan perubahan suatu kawasan dan sekitarnya sebagai bagian dari suatu kawasan perkotaan yang lebih luas, menurut Gallion dalam buku ¡¨The Urban Pattern¡¨ disebutkan bahwa perubahan suatu kawasan dan sebagian kota dipengaruhi letak geografis suatu kota. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perubahan akibat pertumbuhan daerah di kota tersebut, apabila terletak di daerah pantai yang landai, pada jaringan transportasi dan jaringan hubungan antar kota, maka kota akan cepat tumbuh sehingga beberapa elemen kawasan kota akan cepat berubah.
Dalam proses perubahan yang menimbulkan distorsi (mengingat skala perubahan cukup besar) dalam lingkungan termasuk didalamnya perubahan penggunaan lahan secara organik, terdapat beberapa hal yang bisa diamati yaitu :

  • Pertumbuhan terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit atau terus menerus.
  • Pertumbuhan yang terjadi tidak dapat diduga dan tidak dapat diketahui kapan dimulai dan kapan akan berakhir, hal ini tergantung dari kekuatan-kekuatan yang melatar belakanginya.
  • Proses perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang berlangsung tahap demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif dan berkesinambungan.
  • Perubahan yang terjadi mempunyai kaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada dalam populasi pendukung.
  • Faktor-faktor penyebab perubahan lainya adalah vision (kesan), optimalnya kawasan, penataan yang maksimal pada kawasan dengn fungsi-fungsi yang mendukung, penggunaan struktur yang sesuai pada bangunan serta komposisi tapak pada kawasan. (Cristoper Alexander, A New Theory Of Urban Design, 1987, 14:32-99).

Uraian diatas sesuai dengan kondisi kawasan penelitian yang berada di kawasan bencana alam, yaitu adanya perubahan pola tata ruang lingkungan permukiman (kampung kota) mengarah kepada tatanan kawasan mitigasi bencana alam yang nantinya melalui tahapan proses terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusianya.

Dalam kaitanya dengan kota dan arsitektur, morfologi memiliki dua aspek yaitu aspek diakronik yang berkaitan dengan perubahan ide dalam sejarah dan aspek sinkronik yaitu hubungan antar bagian dalam kurun waktu tertentu yang dihubungkan dengan aspek lain. Aspek metamorfosis adalah sejarah individual dari bangunan dan kota, kesemuanya harus dilakukan dalam analisis morfologi.
Karya arsitektur merupakan salah satu refleksi dan perwujudan kehidupan dasar masyarakat menurut makna yang dapat dikomunikasikan (Rapoport, 1969). Keseragaman dan keberagaman sebagai ungkapan perwujudan fisik yang terbentuk yaitu citra dalam arti identitas akan memberikan makna sebagai pembentuk citra suatu tempat (place).

Ada dua komponen struktural yang dapat dikaji (Schultz, 1984) :
  1. Tipologi : menyangkut tatanan sosial (social order) dan pengorganisasian ruang (spatial organization) yang dalam hal ini menyangkut ruang (space) berkaitan dengan tempat yang abstrak.
  2. Morfologi : menyangkut kualitas spasial figural dan konteks wujud pembentuk ruang yang dapat dibaca melalui pola, hirarki, dan hubungan ruang satu dengan yang lainya.

Tipologi lebih menekankan pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan masyarakat mengenai bagian-bagian arsitektur.
Morfologi lebih menekankan pada pembahasan bentuk geometris, sehingga untuk memberi makna pada ungkapan ruang harus dikaitkan dengan nilai ruang tertentu, nilai ruang sangat berkaitan dengan organisasi ruang, hubungan ruang dan bentuk ruang, perwujudan spasial fisik merupakan produk kolektif perilaku budaya masyarakat serta pengaruh ¨kekuasaan¨ tertentu yang melatarbelakanginya.

Karakteristik suatu tempat dalam hal ini penggunaan suatu lingkungan binaan tertentu bukan hanya sekedar mewadahi kegiatan fungsional secara statis, melainkan menyerap dan menghasilkan makna berbagai kekhasan suatu tempat antara lain setting fisik bangunan, komposisi dan konfigurasi bangunan dengan ruang publik serta kehidupan masyarakat setempat.
Perubahan morfologi tidak lepas dari pendukung kegiatan (activity support) karena adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kawasan dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang yang menunjang keberadaan ruang-ruang umum. Kegiatan dan ruang-ruang umum merupakan hal yang saling mengisi dan melengkapi, keberadaan pendukung kegiatan mulai muncul dan tumbuh, bila berada diantara dua kutub kegiatan yang ada di kawasan tersebut keberadaan pendukung kegiatan tidak lepas dari tumbuhnya fungsi kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang kawasan, semakin dekat dengan pusat kegiatan semaking tinggi intensitas dan keberagaman kegiatan.

Konsep-konsep Desain Permukiman 1

A. Teori Ruang Kota

Menurut Spiro Kostof (1991), Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi dengan budaya yang tertentu. Bentuk kota ada dua macam yaitu geometri dan organik.

Terdapat dikotomi bentuk perkotaan yang didasarkan pada bentuk geometri kota yaitu Planned dan Unplanned.
  • Bentuk Planned (terencana) dapat dijumpai pada kota-kota eropa abad pertengahan dengan pengaturan kota yang selalu regular dan rancangan bentuk geometrik.
  • Bentuk Unplanned (tidak terencana) banyak terjadi pada kota-kota metropolitan, dimana satu segmen kota berkembang secara sepontan dengan bermacam-macam kepentingan yang saling mengisi, sehingga akhirnya kota akan memiliki bentuk semaunya yang kemudian disebut dengan organik pattern, bentuk kota organik tersebut secara spontan, tidak terencana dan memiliki pola yang tidak teratur dan non geometrik.

Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu :
  • Square, open space sebagai paru-paru.
  • Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).
  • Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.
  • Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir.
  • Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.
  • Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke seluruh sistem perkotaan.

Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan pendatang, antara kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemennya terganggu maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.

Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah kota yang terlihat sebagai tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan yang membedakannya dari sekedar mesin, mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh ukuran dan batas yang optimal, struktur internal dan perilaku yang khas, perubahannya tidak dapat dihindari untuk mempertahankan keseimbangan yang ada, menurutnya bentuk fisik organik :
  • Membentuk pola radial dengan unit terbatas.
  • Memiliki focused centre.
  • Memiliki lay out non geometrik atau cenderung romantis dengan pola yang membentuk lengkung tak beraturan.
  • Material alami.
  • Kepadatan sedang sampai rendah.
  • Dekat dengan alam

Di dalam model organik ini, organisasi ruang telah membentuk kesatuan yang terdiri dari unit-unit yang memiliki fungsi masing-masing. Kota terbentuk organik mudah untuk mengalami penurunan kualitas karena perkembangannya yang spontan, tidak terencana dan sepotong-sepotong. Masyarakat penghuni kota ini bermacam-macam yang merupakan percampuran antara berbagai macam manusia dalam suatu tempat (place) yang memiliki keseimbangan. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, saling menyimpang tetapi juga saling mendukung satu sama lain. Kota organik memiliki ciri khas pada kerjasama dalam pemeliharan lingkungan sosial oleh masyarakat.

Wednesday, April 13, 2011

Pola Pemukiman Penduduk

Definisi Pola Pemukiman Penduduk

Penduduk adalah sekelompok masyarakat yang tinggal menetap di wilayah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Kita disebut penduduk Indonesia, karena kita tinggal dan menetap di wilayah Indonesia. Apakah Anda pernah berpikir, mengapa orang cenderung mendirikan rumah di sepanjang jalan? Mengapa perkantoran didirikan di sepanjang jalan besar? Dan mengapa orang-orang yang tinggal di pedesaan sering hidup mengelompok dengan keluarga besarnya?

Alasan orang mendirikan permukiman berbeda-beda. Jika mereka ingin tinggal di tempat yang sepi, mereka cenderung tinggal jauh dari jalan besar, begitu juga sebaliknya. Di desa, orang memilih tinggal berkelompok dengan sanak saudara bertujuan untuk mempererat tali kekeluargaan. Nah, dengan berbagai alasan tersebut, tentu terbentuk berbagai pola permukiman penduduk.

Pola permukiman penduduk adalah bentuk umum sebuah permukiman penduduk dan terlihat mengikuti pola tertentu. Pola permukiman penduduk berbeda-beda di setiap daerah. Secara umum saya akan jabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk pola permukiman penduduk.

Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya.
Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya.
Pengertian pola dan sebaran pemukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran permukiman membincangkan hal dimana terdapat permukiman dan atau tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola pemukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pemukiman penduduk adalah bentuk persebaran tempat tinggal penduduk berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bentuk Pola Permukiman Penduduk

* Bentuk permukaan bumi

Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, ada gunung, pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan sebagainya. Kondisi yang berbeda secara otomatis akan membuat pola kehidupan yang berbeda, misal penduduk pantai bekerja sebagai petani. Pola kehidupan yang berbeda akan menyebabkan penduduk membuat permukiman yang sesuai dengan lingkungan tempat penduduk itu berada.


Bentuk muka bumi mempengaruhi pola permukiman penduduk

* Keadaan tanah

Keadaan tanah menyangkut kesuburan/kelayakan tanah ditanami. Seperti kita ketahui, lahan yang subur tentu menjadi sumber penghidupan penduduk. Lahan tersebut bisa dijadikan lahan pertanian atau semacamnya. Karena itu, penduduk biasanya hidup mengelompok di dekat sumber penghidupan tersebut (ini jelas terlihat di desa).

* Keadaan iklim

Iklim memiliki unsur-unsur di antaranya curah hujan, intensitas cahaya matahari, suhu udara, dan sebagainya yang berbeda-beda di setiap daerah. Perbedaan iklim ini akan membuat kesuburan tanah dan keadaan alam di setiap daerah berbeda-beda yang tentu membuat pola permukiman penduduk berbeda pula. Sebagai contoh penduduk di pegunungan cenderung bertempat tinggal berdekatan, sementara penduduk di daerah panas memiliki permukiman yang lebih terbuka (agak terpencar).

* Keadaan ekonomi

Kita tentu ingin beraktifitas sehemat-hematnya (meski itu soal waktu), kan? Kita tidak ingin tinggal jauh dari pusat perkantoran, sekolah, dan pasar. Jika kita memilih rumah, tentu kita akan memilih tempat yang tepat sebagai salah satu faktor utama. Kondisi ini jelas berpengaruh terhadap pola permukiman penduduk (ini jelas terlihat di kota).


Keadaan ekonomi membuat orang cenderung tinggal di kota

* Kultur penduduk


Pola permukiman penduduk sangat bergantung pada kemajuan dan kebutuhan penduduk itu sendiri. Jika penduduk itu masih tradisional, pola permukimannya akan cenderung terisolir dari permukiman lain. Permukiman di daerah tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang masih anggota suku atau yang masih berhubungan darah. Hal ini jelas terlihat perbedaannya di kota yang penduduknya sudah modern, kan?

Monday, April 11, 2011

Tipologi Permukiman

Dalam mengidentifikasikan tipologi arsitektur hunian digunakan parameter seperti yang ditawarkan oleh Habraken (1988:31-41) dalam Rusdi (1993), dengan pola analisis yang berkaitan dengan tipologinya Golgolen (t.t.:3-15) dalam Rusdi (1993), yang bertolak dari dasar perancangan arsitektur yang dipelopori oleh Vitruvius. Parameter tersebut adalah:
a. Sistem Spasial,
Sistem spasial berhubungan dengan pola hubungan ruang, orientasi dan hirarkinya
b. Sistem Fisik,
Sistem fisik dan kualitas figural berhubungan dengan wujud, pembatas ruang dan
karakter bahannya.
c. Sistem Stilistik
Sistem stilistik berhubungan dengan elemen atap, kolom, bukaan dan ragam hias.

Sunday, April 10, 2011

Pola Permukiman

Kawasan permukiman tidak saja hanya berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal, tapi juga sebagai sarana tempat berlangsungnya proses kehidupan manusia yang menentukan kualitas dari suatu komunitas manusia saat ini bahkan manusia yang akan datang (future generation). Untuk itu pula perumahan (hunian) dan permukiman (kawasan hunian) perlu penataan, dimana penataan ini bertujuan untuk:
1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia (basic needs), dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
2. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur;
3. Memberikan arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional; Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain.

Secara etimologis pola permukiman berasal dari dua kaca pola dan permukiman. Pola (pattern) dapat diartikan sebagai susunan struktural, gambar, corak, kombinasi sifat kecenderungan membentuk sesuatu yang taat asas dan bersifat khas (Depdikbud, 1988), dan dapat pula diartikan sebagai benda yang tersusun menurut sistem tertentu mengikuti kecenderungan bentuk tertentu. Pengertian ini tampaknya hampir mirip dengan pengertian model, atau susunan sesuatu benda. Pengertian pola, permukiman (settlement patterns) Bering dirancukan dengan pengertian pola persebaran permukiman (distribution patterns of settlement). Dua pengertian tersebut pada dasarnya sangat berbeda, terutama jika ditinjau dari aspek bahasannya (Yunus, 1989).

Pola pemukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah dimana penduduk terkonsentrasi dan hidup bersama menggunakan lingkungan setempat, untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya. Pengertian pola dan sebaran pemukiman memiliki hubungan yang sangat erat. Sebaran permukiman membincangkan hal dimana terdapat permukiman dan atau tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah, sedangkan pola pemukiman merupakan sifat sebaran, lebih banyak berkaitan dengan akibat faktor-faktor ekonomi, sejarah dan faktor budaya.

Pola permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah tempat penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan hidupnya. Pengertian pola permukiman dan persebaran permukiman mempunyai hubungan erat. Persebaran permukiman membicarakan sebab-sebab pemencaran permukiman, sehingga pada daerah tertentu terdapat permukiman sedang di daerah lain tidak terdapat permukiman. Persebaran permukiman bervariasi sifatnya, dari sangat jarang sampai sangat padat, dapat mengelompok, dapat tidak teratur, atau teratur. Pertama permukiman lebih banyak terdapat pada tanah-tanah yang subur dengan relatif datar yang menguntungkan untuk pertanian, kedua persebaran yang mengelompok atau tidak teratur umumnya terdapat pada wilayah-wilayah yang topografinya tidak seragam.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pemukiman penduduk adalah bentuk persebaran tempat tinggal penduduk berdasarkan kondisi alam dan aktivitas penduduknya.

1) Bahasan pola permukiman perlu diperhatikan dari tinjauan individual permukiman atau dari tinjauan kelompok permukiman.

a. Tinjauan pola permukiman dari segi individual, lebih mengarah kepada bahasan bentuk-bentuk permukiman secara individual, sehingga, dapat dibedakan dalam kategori pola permukiman bentuk memanjang, pola permukiman bentuk melingkar, pola permukiman bentuk persegi panjang, pola permukiman bentuk kubus. Setiap kategori pola permukiman masih dapat diturunkan lagi ke sub kategori lebih rinci misalnya pola permukiman memanjang sungai, memanjang jalan, memanjang garis pantai, dan seterusnya

b. Tinjauan pola permukiman dari aspek kelompok lebih mengarah kepada bahasan sifat persebaran dari individu-individu permukiman dalam satu kelompok. Oleh karenanya dari sifat persebaran tersebut dapat dibedakan kedalam kategori pola persebaran permukiman secara umum yakni pola menyebar dan pola mengelompok. Analog dengan pola bentuk permukiman, setiap kategori pola persebaran permukiman masih dapat diturunkan lagi ke sub kategori lebih rinci misalnya pola persebaran permukiman menyebar teratur, menyebar tidak teratur, mengelompok teratur dan tidak teratur dan seterusnya.

2) Pola persebaran permukiman membahas sifat persebaran kelompok permukiman sebagai satu satuan (unit) permukiman, juga dapat dibedakan menjadi dua kategori.

Tinjauan pola persebaran permukiman dari aspek bentuk persebaran kelompok permukiman, sehingga dapat dibedakan pola persebaran kelompok permukiman memanjang pola persebaran kelompok permukiman melingkar, pola persebaran kelompok permukiman sejajar, pola persebaran kelompok permukiman bujur sangkar, pola persebaran kelompok permukiman kubus. Setiap kategori pola, persebaran kelompok permukiman masih dapat diturunkan lagi ke sub kategori Iebih rinci.

Tinjauan pola persebaran kelompok permukiman dari aspek sifat persebaran dari kelompok-kelompok permukiman, sehingga dapat dibedakan pola persebaran kelompok permukiman menyebar, dan pola persebaran kelompok permukiman memusat atau mengelompok. Setiap kategori pola persebaran kelompok permukiman tersebut juga masih dapat diturunkan lagi ke sub kategori lebih rinci.

Pengertian pola permukiman dan persebaran (dispersion) permukiman mempunyai hubungan yang erat. Persebaran permukiman membicarakan hal dimana terdapat permukiman dan dimana tidak terdapat permukiman di suatu daerah.

Dengan kata lain persebaran permukiman berbicara tentang lokasi permukiman. Disamping itu juga membahas cara terjadinya persebaran permukiman, serta fakto-faktor yang berpengaruh terhadap persebaran tersebut- Pola permukiman membicarakan sifat dari persebaran permukiman tersebut. Dengan kata lain pola permukiman secara umum merupakan susunan sifat persebaran permukiman dan sifat hubungan antara faktor-faktor yang menentukan terjadinya sifat persebaran permukiman tersebut,

Pengertian pola, permukiman di atas berbeda dengan pengertian pola pemukiman yang banyak menyangkut tentang berbagai tipe atau corak cara memindahkan penduduk dari daerah satu ke daerah lain. Sebagai contoh nyata adalah program transmigrasi, yang kegiatannya mencakup proses pemindahan dari permukiman asal ke permukiman baru. Dalam cara memindahkan penduduk tersebut menggunakan berbagai cara yang akan membentuk pola-pola tertentu. Beberapa buku acuan hasil penulisan mengenai pokok-pokok pemukiman membahas tentang pola-pola pemukiman di negara-negara Asia Tenggara, yang membicarakan cara-cara pemin­dahan penduduk, tipe-tipe pelaksanaan, kebijakan pemerintah dalam kaitannya dengan ijakan cara tersebut (McAndrews, 1984). Pembicaraan pola pemukiman mempunyai pokok pembahasan yang berbeda dari pokok pembahasan pola permukiman. Namun demikian, terdapat kesamaan, yakni obyeknya tempat tinggal dan penduduk. Sesuai dengan tujuan pembahasan uraian selanjutnya ditekankan pada pola persebaran permukiman, dengan beberapa variasinya, serta beberapa faktor yang menentukan.

Friday, April 8, 2011

PERMUKIMAN

Definisi Permukiman

Menurut WHO :
Suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya unt tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termaksud juga semua fasilitas dan pelayanan yg diperluhkan, perlengkapan yg berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk kel dan individu http://tuloe.wordpress.com/

Menurut winslow dan aph :
Suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi dan tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yg memenuhi persyaratan psikologis, physiologis, bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan

Menurut Doxiadis (1971) :
  • Permukiman (Human Settlement) adalah tempat (ruang) untuk hidup dan berkehidupan bagi kelompok manusia.
  • Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik kota atau desa berfungsi sebagai tempat kegiatan yang mendukung kehidupan
Selain itu, menurut Doxiadis, Permukiman (Human Settlement) akan berjalan dengan baik jika terkait dengan beberapa unsur, yaitu : Nature (alam), Man (manusia), Society (kehidupan sosial), Shell (ruang), dan Networks (hubungan).


Secara umum, menurut Patrick (dalam Tulung, 1999) pemukiman dicirikan oleh 3 unsur utama: (1) Place, yaitu tempat tinggal, (2) Work, yaitu tempat bekerja atau berkarya, dan (3) Folk, yaitu tempat bermasyarakat. Ketiga unsur tadi harus secara serasi dan harmoni terjalin menjadi satu kesatuan interaksi dalam suatu wilayah permukiman itu.

Menurut Finch dalam Wayang (1980), menjelaskan bahwa permukiman merupakan tempat hidup manusia dan melakukan berbagai macam aktifitas.

Menurut Sujarto (1991), unsur permukiman, yaitu terdiri dari Unsur Wisma (tempat tinggal); Karya (tempat berkarya); Suka (tempat rekreasi/bersantai/hiburan) dan Penyempurna (peribadatan, pendidikan, kesehatan, utilitas umum) atau berintregrasi di dalam suatu lingkungan dan hubungan satu sama lain oleh unsur Marga (jaringan jalan).

Menurut UU No.4 thn 1992, tentang Perumahan dan Pemukiman :
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Menurut UU No.2 thn 1992 :
Pemukiman adalah suatu Perumahan atau kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.
Menurut beberapa sumber diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian dari pemukiman adalah suatu struktur fisik dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang digunakan untuk tinggal secara permanen oleh kelompok manusia, dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan, serta terjaga kesehatan jasmani dan rohani juga keadaan sosialnya.
Dari kesimpulan di atas kita dapat melihat unsur yang membentuk permukiman itu sendiri, secara garis besar ada 3 unsur utama yang mencirikan sebuah permukiman diantaranya:

1. Tempat Tinggal (Place),
Rumah merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Selain untuk tempat berlindung dari cuaca, tetapi rumah dapat menjadi lebih dari sebuah bangunan. Rumah juga merupakan tempat dimana sebuah keluarga hidup dan berinteraksi sosial dengan lingkungan disekitarnya.

Rumah selalu disebutkan sebagai salah satu kebutuhan minimal manusia selain makanan dan pakaian. Rumah juga dapat melindungi manusia dari cuaca seperti panas, dingin, hujan dan angin. Selain kebutuhan-kebutuhan standard di atas, rumah juga merupakan tempat dimana suatu keluarga hidup, bersosialisasi satu sama lain dan melakukan pola hidup dan prilaku keluarga didalam suatu bangunan yang disebut rumah.

Kehidupan manusia yang dalam sehari dihitung selama 24 jam, lebih dari 50% waktu tersebut dihabiskan di dalam rumah. Sehingga sebuah keluarga merencanakan bangunan yang disebut sebagai rumah tempat tinggal keluarga senyaman mungkin untuk seluruh anggota keluarga.




Selain sebagai kebutuhan standard manusia, rumah juga menjadi lambang
identitas sosial suatu keluarga. Setiap keluarga yang mendiami suatu rumah akan menampilkan karakter bangunan rumah tinggal yang berbeda dengan keluarga lainnya.

Selalunya karakter bangunan rumah tunggal ini akan menggambarkan sosial budaya dan prilaku penghuninya.

Kebutuhan manusia akan rumah tinggal terbagi atas kebutuhan kebutuhan
manusia lainnya menurut skala prioritas penghuninya. Di bawah ini akan diuraikan mengenai kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus tersedia dalam suatu unit rumah tinggal menurut tingkatan hirarkinya




2. Tempat Bekerja (Work),
Sebuah permukiman dimana penghuninya hanya mengutamakan faktor ’work’ semata-mata, tanpa memperhatikan ’place’ dan ’folk’ yang seimbang dapat mempengaruhi rusaknya lingkungan sekitar sebagai akibat dari eksploitasi sumberdaya yang berlebihan. Dalam menyediakan areal pemukiman tempat tinggal atau hunian yang baik (place), para pemukim harus diberikan ruang/ space dengan bangunan perumahan yang memadai. Demikian juga untuk keperluan kenyamanan hidup mereka, kegiatan bermasyarakat (folk) seperti silaturahim dengan tradisi budaya menjadi salah satu kebutuhan para pemukimnya juga.


3. Tempat Bermasyarakat (Folk),
Dua aspek yang paling mempengaruhi pembentukan rumah tinggal adalah cara hidup penghuni dan lingkungan hidup dimana bangunan rumah tinggal tersebut didirikan.

Sarana awal pembentukan watak, kehidupan dan penghidupan keluarga dalam lingkungan yang sangat terbatas.
  • Dibatasi oleh ruang rumah, yang ditinggali bersama oleh sekelompok individu dan terikat oleh ikatan keluarga.
  • Dibatasi oleh aturan yang berlaku dan disepakati untuk diberlakukan di dalam lingkungan rumah, yang membatasi perilaku dan kegiatan setiap individu yang menjadi anggotanya.
  • Ada pembatasan dan pembagian ruang dengan fungsi-fungsi tertentu, sehingga dalam beraktivitas setiap individu tidak tergantung atau mengganggu individu anggota keluarga lainnya.
  • Ada struktur yang paling sederhana di dalamnya dengan satu kepala keluarga dan individu lainnya sebagai anggota.

Dikatakan paling mempengaruhi karena cara hidup penghuni dan lingkungan hidup adalah hal yang selalu dipertimbangkan penghuni bila hendak membangun rumah tinggalnya. Cara hidup merupakan motivasi manusiawi yang ada di dalam setiap manusia. Contohnya bagaimana pola hidup penghuni dalam menjalani kehidupan sehari-hari seperti berolah raga, berinteraksi sosial, dll. Lingkungan hidup merupakan ekologis yang berada di sekeliling rumah tinggal tersebut. Lingkungan ini dapat menjadi suatu keterbatasan fisik ketika membangun rumah tinggal. Apakah kegiatan berolah raga penghuninya dapat dilakukan dilingkungan sekitar bangunan rumah tinggal, atau penghuni harus pergi ke suatu tempat olah raga untuk melakukannya.